Setiap melahirkan sebuah
buku, tentu ada kisah berbeda di balik pembuatannya. Kali ini pun si Princess
Badung punya cerita sendiri. Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, jalan yang
harus ditempuh Princess Badung relatif "lurus-lurus" saja, tanpa
halangan yang berarti. Biarpun lurus, jalan yang harus dilalui cukup panjang.
Perlu waktu sekitar setahun untuk proses pembuatan hingga kelahiran si Princess
yang cantik ini ^_^.
Kisah di balik layar
Princess Badung bermula dari tawaran Penerbit Tiga Serangkai kepada para
anggota Kelompok Penulis Bacaan Anak alias Pabers untuk ikut Workshop First
Novel yang mereka adakan di 4 kota. Lupa gimana prosesnya, intinya saya
mendaftar untuk ikut workshop di Jakarta sekitar bulan Januari 2012. Calon
peserta diminta untuk mengumpulkan sinopsis novel sebagai proses seleksi. Kalau
tidak salah ingat, sekitar 30 orang lolos sebagai peserta, termasuk saya.
Di workshop waktu itu,
saya sempat mempresentasikan sinopsis Princess Badung. Workshop usai, seleksi
pun dilanjutkan secara bertahap oleh pihak Tiga Serangkai. Mulai mengumpulkan
sinopsis utuh, sinopsis per bab, isi dua bab pertama, isi keseluruhan novel,
hingga akhirnya dari 30 peserta terpilih 4 yang layak terbit. Puji Tuhan,
Princess Badung termasuk salah satu yang layak terbit. Proses selanjutnya, sama
seperti penerbitan buku pada umumnya, proses editing hingga siap cetak. Akhirnya,
di bulan Januari 2013, lahirlah Princess Badung menjumpai para pembacanya. Sangat
"lurus", bukan?
Lalu, kenapa judulnya
Princess Badung? Waktu itu, saya kepingin nulis novel yang ada unsur budaya
daerah. Kebetulan, permintaan dari tim First Novel juga begitu. Cocok, lah!
Saya ambil yang paling dekat saja dengan kehidupan saya, yaitu budaya Jawa.
Saya ingat, waktu kecil sering disuruh jadi patah, alias putri pengipas
pengantin. Sampai sekarang, kalau ada pengantin tradisional Jawa, biasanya
tetap ada “patah”-nya. Sepertinya, seru juga kalau itu jadi cerita. Lalu, ada
juga tentang tari Jawa. Itu juga bisa jadi cerita. Saya memasukkan juga makanan
tradisionalnya, misalnya klepon. Segala ide bercampur aduk ngalor ngidul.
Saya amati juga anak-anak
perempuan sekitar kelas 2-3 SD (karena saya mengambil tokoh utama anak
perempuan). Banyak di antara mereka yang penggemar pernak-pernik Princess. Hmm,
apa jadinya, ya, kalau seorang anak yang lincah kepingin jadi Princess? Ah,
sepertinya lebih seru kalau anaknya sedikit usil. Harus ada lucu-lucunya untuk
anak-anak yang baru pertama membaca novel. First Novel ini memang ditujukan
untuk anak yang sedang “mencicipi” baca novel. Dan akhirnya, tercetuslah ide
Princess Badung.
Inti ceritanya, sih,
tentang Kyla, seorang anak perempuan berumur 7 tahun yang menggemari karakter
Princess. Dia kepingin jadi Princess. Tetapi, karena sebuah “kecelakaan”, dia
malah dijuluki Princess Badung. Kyla nggak suka dibilang badung, dia kepingin
jadi Princess yang anggun. Namun, dengan karakter yang lincah, usil, dan memang
sedikit badung, usaha Kyla untuk menjadi Princess yang anggun selalu kacau. Lalu,
mampukah Kyla menjadi seorang Princess yang anggun? Enggak seru, dong, kalau
dibahas di sini ;).
Kalau ada yang
mencemaskan label “badung” yang melekat pada Kyla, justru itu jadi salah satu
yang ingin saya sampaikan juga. Melabel anak dengan sifat yang cenderung
negatif ternyata memang membuat anak merasa tidak nyaman. Saya mengambilnya
dari sudut pandang Kyla, anak yang mendapat julukan “badung”.
Apakah cerita ini
merupakan cerminan saya di masa kecil? Ha ha ha, beberapa teman mencurigai hal
itu. Ah, biarlah itu menjadi misteri buat para pembaca. Yang jelas, memang ada
beberapa adegan yang saya ambil dari pengalaman pribadi saya, teman-teman, atau
saudara-saudara saya. Nah, semakin penasaran, kan? Selamat membaca saja, deh!
Haha..saya juga penasaran dengan kisah masa kecil mbak Vero. Apa sebadung sebagian besar teman-teman di Paberland kah? Hmm...?
BalasHapusAh, saya termasuk anak manis, kok, Mbak Aira ;)
BalasHapusminta sinopsis nyadong
BalasHapusHai, Kevin! Makasih sudah mampir ke sini. Sinopsisnya bisa diintip di bagian katalog blog ini atau lewat link ini: http://ceritaceritaveronica.blogspot.co.id/2015/02/sebenarnya-sudah-lama-saya-kepingin.html
BalasHapus