Senang dan kembali bersemangat dengan program ini. Namun, terbayang, sebagai panitia pasti harus bolak-balik rapat sepulang kantor. Dengan seorang batita yang setiap sore selalu menunggu ibunya pulang kerja, konsekuensi ini cukup berat bagi saya. Maaf, saya belum bisa bergabung. Tetapi, saya bertekad untuk tetap terlibat dalam KI 2. Saya pun memilih untuk kembali menjadi relawan pengajar.
Meskipun pernah menjadi relawan pengajar di KI 1, proses seleksi yang saya ikuti tetap sama. Dimulai dengan mengisi formulir pendaftaran beserta esai singkatnya, deg-degan menunggu pengumuman, lalu bersorak gembira ketika menerima email pemberitahuan dari panitia bahwa saya kembali terpilih sebagai relawan pengajar di KI 2.
Sempat takjub melihat pengumuman daftar relawan di KI 2. Selain jumlahnya yang hampir tiga kali lipat dibanding KI 1 (dulu 200-an, sekarang 600-an) juga melihat profesi-profesi yang semakin beragam. Semakin banyak direktur dan CEO pula. Semakin banyak selebriti dan orang-orang ngetop lainnya. Dan yang paling membanggakan (saya), semakin banyak profesi penulis di sana.
Saya juga sempat bertanya-tanya, kenapa kelompok saya beranggotakan 16 orang, sementara kelompok lain (hanya) sekitar 8 orang. Nggak kebayang bakal seperti apa ramainya. Dan memang heboh dan ramai. Sampai-sampai, saking semangatnya, ada salah satu anggota yang agak terganggu dengan kehebohan kami ;). Yang jelas, ketika bertemu saat briefing, saya langsung lupa lagi nama mereka, padahal sudah saling memperkenalkan diri (Hehe, maafkan aku, teman. Sekarang aku nggak lupa lagi, kok!). Padahal, waktu itu belum semua datang lho!
Mengikuti briefing KI 2 seperti menguak memori hampir setahun yang lalu di briefing KI 1. Namun, tentu kali ini lebih meriah karena pesertanya pun hampir tiga kali lipat. Semakin berapi-api mendengar suntikan semangat dari Pak Anies. Sempat bersorak ketika diumumkan bahwa kelompok saya akan mengajar di SDN 03 Joglo. Itu, kan, dekeeet rumah! Eh, ternyata salah! Akhirnya, kami ditempatkan di SDN 01 Benhil. Nggak masalah, sih, masih tetap terjangkau dengan mudah. Sebenarnya, di mana pun saya akan mengajar, yang penting maksud dan tujuan tersampaikan.
Sebelum hari-H, saya sempat ikut survey yang pertama. Waktu itu bareng Mas Ryan, sang komandan. Juga Mas Deki dan Binbin. Rupanya, kami mendapat kelas paralel dengan 12 rombongan belajar. Pantas saja, relawannya banyak. Ternyata, kepala sekolah baru saja pensiun. Kepsek pjs belum mendapat informasi tentang Kelas Inspirasi. Prosesnya memang jadi relatif lebih panjang. Untungnya, beliau sangat mendukung program ini.
Persiapan mengajar pun dimulai. Kali ini saya mendapat kesempatan tiga kali mengajar, yaitu di kelas 3, 5, dan 6. Waktu yang diberikan hanya 35 menit. Mengingat pengalaman KI bersama Kraft Food, saya harus mencari ide mengajar yang lebih efisien.
Akhirnya, untuk kelas 3 saya bercerita tentang profesi sebagai penulis, dengan game utama awan cita-cita dan role-play menulis cerita. Saya mengajak anak-anak untuk membuat buku cerita sendiri. Saya buatkan “buku” dari kertas buffalo yang dilipat. Saya tempeli gambar, lalu saya minta anak-anak untuk mengisi buku itu dengan cerita, puisi, maupun gambar. Tak ketinggalan, judul buku dan nama pengarangnya di kover depan.
Pelajaran di kelas 3 sukses! Sempat terpana dengan ketertiban anak-anak kelas 3, semangat mereka, serta kemampuan mereka menulis cerita. Cerita mereka bagus-bagus, lho! Dan ketika diminta membacakannya di depan kelas, mereka bersemangat. Sayang, waktu terlalu singkat. Beberapa anak masih ingin membacakan cerita mereka di depan kelas. Tetapi, Mas Deki sudah menunggu di depan pintu untuk mengisi jam pelajaran berikutnya.
Untuk mengajar di kelas 5 dan 6, saya menggunakan metode yang sedikit berbeda. Saya lebih banyak menjelaskan profesi reporter, dengan game utama pesawat cita-cita dan role-play menjadi reporter yang sedang mewawancarai narasumber. Berbeda dengan KI 1, role-play kali ini tidak terlalu sukes. Saya kesulitan mengajak anak-anak kelas 5 dan 6 untuk role-play di depan kelas.
Saya pun mengubah taktik. Role-play saya ganti dengan sharing pengalaman sebagai reporter. Saya keluarkan senjata saya, kumpulan kliping rubrik “Potret Negriku” di Bobo. Saya ceritakan pengalaman keliling ke beberapa tempat di Indonesia. Rupanya dengan metode ini anak-anak malah lebih antusias. Mereka banyak bertanya. Sesekali mata mereka nampak membulat, mengekspresikan kekaguman. Bukan kagum pada saya, tentunya :D. Melainkan kagum pada keragaman dan keunikan budaya Indonesia. Paling seru waktu cerita tentang liputan ke tambang batubara di KPC. Saya bercerita kalau banyak operator dump truck yang perempuan. Reaksi anak-anak di kedua kelas sama. Mereka langsung melotot dan berseru, “Haaa!”
Ternyata, memang harus ada plan A dan plan B untuk menghadapi anak-anak. Metode yang sama, belum tentu sama suksesnya ketika diterapkan pada anak-anak di tempat yang berbeda. Kalau dipikir-pikir, SDN Karet Tengsin 01 dan SDN 01 Benhil hanya beberapa ratus meter jaraknya. Namun, karakter anak-anaknya relatif berbeda. Ya, saya pun percaya, setiap anak memang punya keunikannya sendiri. Kita harus siap menghadapinya.
Begitulah. Tak pernah cukup rasanya untuk bercerita tentang Kelas Inspirasi. Yang jelas, saya bangga dan ikut bersemangat melihat anak-anak yang begitu bersemangat dan punya banyak cita-cita. Bahkan, berbunga-bunga rasanya, ketika ada beberapa anak yang bercita-cita menjadi penulis. Meskipun tetap belum ada yang bercita-cita menjadi reporter atau wartawan :D. Ah, apa pun cita-cita kalian, Nak, selama kalian bersungguh-sungguh untuk menebar kebaikan, pasti akan menjadi indah adanya. Selamat berjuang, Nak! Semoga mimpimu menjadi nyata ….
Terima kasih untuk kebersamaan Kelompok 52 KI 2: Anne Marianne (ilustrator), Baby Siregar (corporate communication), Binbin Mariana (treasurer), Bondan Winarno (penulis/pengamat kuliner), Chesiria Tattia Yuniarie (crafter), Deki Joko Pratomo (wiraswasta), Dini Novita (general manager), DY Suharya (konsultan komunikasi kesehatan/dosen), Rina Ayu Agustina (spesialis sanitasi), Riza Pahlevi (direktur keuangan), Robikhun (reservoir engineer), Ryan Herviansyah Utama (trainer), Sagita Wacik (manager SDM), Suryo Sasono (SDM), Yudhistira Wongso (transportation manager)
Juga kepada para relawan fotografer: Antasari Putra, Ardhy W. Nugroho, Dhanie Nugroho, serta videografer Damar Aji Pramudita.
Terima kasih juga buat sang koordinator kelompok 52: Ijma Sujiwo alias Jaim yang juga pengajar muda di Indonesia Mengajar. Buat teman-teman panitia KI 2, terima kasih banyak juga, yaaa ….
Salam Inspirasi!
*foto-foto adalah hasil jepretan para
relawan fotografer kelompok 52: Anta, Ardhy, dan Dhanie.
Halo Vero! Senang sudah gabung di KI kel.52 juga. Ini Anne :)
BalasHapusAnne! Nice to meet you! Semoga kita bisa bersama-sama menebar inspirasi lagi, ya .... :)
BalasHapus